Sabtu, 03 November 2018

PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

Image result for wirasuta usada


PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
I.                 DASAR HUKUM
1.     UU No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan
2.     PP 103 th 2014 ttg Pelayanan Kesehatan Tradisional
3.     Permenkes No. 8 Th 2014 tentang Pelayanan Kesehatan SPA
4.     Permenkes RI No. 61 Th 2016 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
5.     Permenkes No. 37 th 2017 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi
6.     Permenkes No. 15 Th 2018 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
II.               ANALISIS SITUASI
Pelayanan Kesehatan tradisonal merupakan bagian  dari Pelayanan Kesehatan secara menyeluruh dengan mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun-temurun secara empiris tetapi dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai norma di masyarakat. Secara garis beras pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi 3, yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris, Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer, dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi.

1.     Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris

No
SDM
Keilmuan
Pendidikan
Area upaya kesehatan
Pendaftaran & Perizinan
Tempat pelayanan
1.
Penyehat Tradisional

Terbukti secara empiris, harus sesuai dengan pendekatan biokultural


Informal
Non Formal

PROMOTIF & PREVENTIF


STPT (terdaftar),
berlaku 2 tahun, dapat diperbaharui

Panti Sehat





2.     Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
NO
SDM
KEILMUAN
PENDIDIKAN
AREA UPAYA KESEHATAN
PENDAFTARAN
& PERIZINAN
TEMPAT PELAYANAN
2
Tenaga Kesehatan Tradisional
(NAKES TRAD)
Bioultural & biomedis, terbukti
secara ilmiah
Formal Perguruan Tinggi
(minimal D3)
PROMOTIF. PREVENTIF
KURATIF
REHABILITATIF
STRTKT & SIPTKT
(sesuai
perizinan nakes)
Griya Sehat

3.     Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi
NO
SDM
KEILMUAN
PENDIDIKAN
AREA UPAYA KESEHATAN
PENDAFTARAN
& PERIZINAN
TEMPAT PELAYANAN
3
Dilakukan secara bersama oleh nakes dan nakestrad
Kombinasi yankes konvensional dan yankestrad komple menter
Formal Perguruan Tinggi
(minimal D3)
PROMOTIF. PREVENTIF
KURATIF
REHABILITATIF
STR & SIP
Puskesmas & Rumah Sakit

Pada masa transisi ini dimana Nakestrad masih sangat sedikit jumlahnya, maka dapat diberdayakan Nakes Plus, yaitu Nakes yang mendapatkan pelatihan/keterampilan Kesehatan Tradisional, misalnya; Perawat terlatih Akupresur, Dokter terlatih Akupunktur Medis. Masa transisi berlaku 5 tahun untuk selanjutnya di Griya Sehat maupun di Rumah Sakit dan puskesmas, Pelayanan kesehatan Tradisional dilakukan oleh nakestrad yang memperoleh pendidikan Profesi/S1 dan Vokasi/D3.
III.              ISU STRATEGIS
1.     Jumlah Penyehat Tradisional (Hattra) terdata berdasarkan metode ramuan sebanyak 1287 orang dan berdasarkan metode keterampilan (Manual, Terapi energy, Olah Pikir) sebanyak 2533 orang.
2.     Jumlah Nakes Plus Keterampilan Tradisional:
a.     Akupresur sebanyak 134 orang
b.     Asuhan Mandiri sebanyak 87 orang
c.      Akupunktur Medis sebanyak 4 orang
d.     Herbal Medis sebanyak 2 orang

IV.             POTENSI
Potensi Pengembangan Pelayanan Kesehatan di Bali sangat besar mengingat jumlah penyehat tradisional sangat banyak, terdapat sentra-sentra Ilmu Kesehatan Tradisional Empiris, memiliki kekayaan jenis tanaman berkhasiat obat. Tetapi, pengelolaan potensi tersebut belum tertata dengan baik, karena tempatnya masih tersebar dan belum memiliki mapping yang baik.
Dengan masuknya pengetahuan Pelayanan Kesehatan Tradisional di dalam Ilmu Kesehatan, seharusnya potensi tersebut dapat dimanfaatkan dan dikembangkan. Nakes yang sudah terlatih keterampilan Kesehatan Tradisional dapat menjadi mitra masyarakat secara umum dan Penyehat Tradisional secara khusus untuk mengambil peran dalam upaya promotif dan preventif.
Masuknya Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam Ilmu Kesehatan dapat dibuatkan tempat tersendiri sesuai dengan SDM pelaksana. Penyehat Tradisional dapat melakukan pelayanan pada masyarakat melalui Panti Sehat. Nakes Tradisional ataupun Nakes Terlatih Kesehatan Tradisional dapat melakukan pelayanan kepada masyarakat melalui Griya Sehat, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
Untuk potensi pengembangan tanaman berkhasiat obat yang tersebar di beberapa wilayah di Bali dapat dikembangkan melalui kerja sama dengan ahli tanaman, pakar tanaman berkhasiat obat, profesional Farmasi dan Perguruan Tinggi. Salah satu Pilot Project pengembangan tanaman berkhasiat obat ada di Desa tegak, Kab. Klungkung yang merupakan hasil dari kerja sama antara Masyarakat, kelompok Tani, Puskesmas, dan Universitas Udayana. Sentra seperti ini dapat dicontoh oleh daerah lain sehingga pengembangan tanaman berkhasiat obat menjadi lebih terarah.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar