Minggu, 05 Juni 2011

Audit Resep di Apotek dalam Praktek Pengobatan Rasional
















Dokter: dr. Auisi,
SIK:......
Jl........
R/ Tetradex tab ¼
Parasetamol mg 100
Primperan tab ¼
Luminal mg 10
m.f.la dtd no XV
S.t.d.d pulv I
R/ Imodium tab ¼
New Diatab tab ½
m.f.la caps dtd no X
S.t.d.d caps I
R/ Oralit 200 mL
Sue
Pro : An.Mawar
Umur : 5 tahun

Penanganan Resep:

1) Skrining Resep
Skrining resep secara administratif meliputi kelengkapan resep
Dalam skrining resep berkaitan dengan pengobatan rasional Apoteker diharapkan dapat melakukan Anamnese keFarmasian (AF)
adalah kegiatan apoteker dalam menganalisa indikasi masing-masing obat dan menerjemahkannya ke dalam suatu dugaan diagnose apa yang telah ditegakkan oleh dokter atau sakit apa yang diderita oleh Pasien. Berdasarkan analisa indikasi obat-obatan dalam resep anamnese Farmasi diperkirakan pasien Mawar menderita Diare. Untuk meyakinkan AF tersebut Apoteker harus melakukan chross chek kepada pasien, dengan bertanya apa keluhan yang disampaikan kepada dokter. Atau Apoteker melakukan kumonikasi kepada Dokter untuk menanyakan diagnose dari Pasien.
2) Penilaian Pengobatan Rasional oleh Apoteker
Berdasarkan data pada langkah 1) Apoteker dalam penilaian Pengobatan Rasioanal harus berpegang pada Acuan Langkah Pengobatan Rasional yang dikeluarkan oleh WHO (1985) yaotu
The rational use of drugs requires that patients receive medicines appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own individual requirements, for an adequate period of time, and at the lowest cost to them and the community.
(WHO 1985)
Apoteker diwajinkan dapat melakukan analisa: a) Tepat indikasi, b) Tepat obat, c) Tepat dosis, d) Tepat pasien/pendertia, e) Waspada efek samping, dan pada akhirnya f) melakukan analisa farmakoekonomi untuk mendapatkan harga yang tepat dengan keuangan pasien.
Dalam penilaian 4T 1 W diatas:
-Tepat Indikasi dan Obat:
Apoteker harus memahami uraian penyakit yang dihadapi oleh Pasien. Dikaitkan dengan Resep diatas AF, mengatakan Pasien menderita Diare: Dari uraian penyakit penyebab diare dapat dikelompokkan kedalam: a) diare infeksi bakteri patogen, b) diare infeksi oleh amoba, c) diare oleh infeksi virus, d) diare non spesifik oleh kesalahan makanan.
Dalam melakukan kros -chek kepada pasien apoteker harus dapat mencari penyebab diare dari pasien Mawar. Apoteker diharapkan mampu memberikan anjuran langkah pemeriksaan laboratorium yang nantinya sangat diperlukan oleh dokter dalam penegakan diagonose.
Penilaian ketepatan indikasi obat didasarkan atas ketepatan diagnose dan keluhan pasien mawar. Dalam hal ini seorang apoteker dituntut mampu menilai indikasi dari masing-masing obat dikaitkan dengan ketepatan pengobatan diatas, sehingga berujung pada pengobatan yang rasional. Pada akhirnya seorang apoteker dapat menyimpulakan apakah pengobatan tersebut tepat indikasi dan obat.
- Tepat Dosis, Jika apoteker sudah sampai pada keputusan tepat indikasi dan obat, sorang apoteker dituntut dapat menghitung dosis dari masing-masing obat yang diperlukan oleh pasien mawar.
- Tepat Pasien/Penderita; seorang apoteker diharapkan dapat memilihkan bentuk sediaan obat yang sesuai dengan pasien,
-Waspada Efek samping: seorang apoteker mencatat efek samping (advers reaction) dari obat atau interaksi obat yang mungkin ditimbulkan. Seorang apoteker diharapkan dapat melihat kemungkinan terjadinya Interaksi Obat, baik pada fase farmasetik (peracikan), farmakokinetik (adsorpsi, distribusi, dan eliminasi), dan fase farmakodinamik. Jika terjadi interaksi apoteker diharapkan dapat mengkomunikasikan kepada pasien.
- Jika ada ketidak tepatan dalam pemilihan obat oleh dokter dalam tujuan pengobatan menurut analisa apoteker, apoteker diharuskan melakukan komunikasi kepada dokter penulis resep untuk menanyakan tujuan dokter dalam menuliskan obat dalam resep tersebut. (sebab sering terjadi perbedaan asumsi apoteker dengan pendekatan dokter dalam pemilihan obat). Jika kata sepakat antara apoteker dan dokter telah dicapai dalam kontek pengobatan rasional, maka seorang apoteker dapat melanjutkan ke:
- Langkah terakhir seorang apoteker melakukan analisis farmakoekonomi, yaitu menawarkan beberapa pilihan obat yang secara ekonomis paling sesuai dengan keuangan pasien.

3) Peracikan obat (Compounding & Dispensing)Apoteker dapat melakukan penilaian farmseutik agar dalam peracikan obat tidak terjadi kerusakan obat. Diikuti dengan pengemasan dan pemberian etiket.


3) Penyerahan dan pemberian KIE (Konseling Informasi dan Edukasi) pasien
Pada penyerahan obat seorang apoteker harus dapat memberikan informasi tentang cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat dan berapa lama obat tersebut disimpan, dan menjelaskan reaksi efek samping obat yang mungkin timbul.


Contoh Resep:
(Contoh ini adalah UTS mata kuliah Compounding & Dispensing, Jawaban atas resep ini dikerjakan oleh Fischer Raditya Simorangkir (Mhs Profesi PS-Apoteker Jurusan Farmasi Udayana, Angkatan ke 4)

Dr. Leo, Sp.PD
SIK : 19/DIKES/2009
JL Raya Sesetan no 98
22-07-2011
R/ Zumafib        No L
      S 1 dd I
R/  Hp Pro       No XXX
      S 1 dd  I
Pro      : Bader

I.       SKRINING RESEP
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, persyaratan administratif dalam penulisan resep adalah:
-       Nama, SIP dan alamat dokter.
-       Tanggal penulisan resep.
-       Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
-       Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
-       Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.
-       Cara pemakaian yang jelas.
-       Informasi lainnya.
II.          SPESIFIKASI OBAT
A.     Zumafib
Komposisi              :  Fenofibrat
Efek farmakologis: Fenofibrat merupakan agonis peroxisome proliferator-activated receptor-alpha (PPAR-alpha), yang menurunkan regulasi apoprotein C dan menaikkan regulasi apoliprotein a-1, protein transport asam lemak, dan lipoprotein lipase menghasilkan peningkatan VLDL katabolisme, oksidasi asam lemak, dan eliminasi partikel trigliserida (Lacy,et al. 2009).
Efek Samping     : Hepatik : Kerusakan hati (3-13%).
                             Sistem saraf pusat : Sakit Kepala (3%).
                             Gastrointestinal : Nyeri abdominal (5%), Konstipasi (2%), Nausea (2%).
                             Neuromuskular dan skeletal : Nyeri punggung (3%) (Lacy, et al. 2009).
Kontraindikasi    : Kehamilan (Farktor resiko C) (Lacy, et al. 2009)
Interaksi Obat    :  Meningkatkan efek dari obat – obat : Ezetimibe, Sulfonilurea, antagonis vitamin K dan Warfarin (Lacy, et al. 2009).
Dosis                 : Hipertrigliseridemia : 45-135 mg perhari. Dosis maksimum 135 mg per hari.
                             Hiperkolestrolemia : 50-135 mg per hari. Dosis maksimum 135 mg per hari.
B.     HP Pro
Komposisi        :  Curcuma Zedoaria, Curcuma xhantorriza, Ipomoea pres-caprael.s, Phylanthus urinaria, madu.
Efek farmakologis: Hepatoprotektor, suplemen.
Dosis                : 1-3 kali sehari : Suplemen untuk hati.

 
III.       ANAMNESE KEFARMASIAN
            Analisis jenis penyakit secara umum dapat dilakukan berdasarkan jenis dan indikasi obat. Pasien diberikan Zumafib dengan kandungan fenofibrat yang diindikasikan untuk hiperkolestrolemia dan hipertrigliseridemia. Hp pro diduga digunakan sebagai suplemen untuk melindungi fungsi hati untuk mencegah kerusakan hati. Berdasarkan hal tersebut diduga pasien menderita hiperlipidemia yang memiliki efek lanjutan berupa perlemakan hati (fatty liver). Gambar berikut merupakan algoritme penatalaksanaan hiperlipidemia: hipertrigliseridemia.
Untuk meyakinkan anamnese kefarmasian ini maka dilakukan cross check kepada pasien dengan menanyakan keluhan yang disampaikan pasien kepada dokter. Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien:
1.      Keluhan apa yang anda sampaikan ke dokter?
Jawab: Saya punya penyakit kolesterol (Pasien berbadan gemuk/obesitas). 
2.    Bagaimana penjelasan dokter tentang obat yang diresepkan untuk anda?
       Jawab:  Saya mendapat obat untuk kolesterol saya.
3.     Bagaimana penjelasan dokter mengenai cara penggunaan obat ini?
      Jawab: Dokter tidak mengatakan mengenai cara penggunaan obat.
4.    Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah anda mendapatkan pengobatan ini?
      Jawab: Setelah mengkonsumsi obat, kolesterol saya turun.
5.      Anda sudah melakukan cek laboratorium sebelumnya?
Jawab: Sudah. Saat itu dokternya mengatakan kolesterol saya cukup tinggi.
6.      Apakah bapak sebelumnya sudah mengkonsumsi obat lain?
Jawab: Tidak.

Hasil Test Laboratorium Pasien Bader

Indikator
Pasien
Normal
Status
-      Fungsi ginjal
Natrium
Kalium
Klorida
CO2
BUN
SCR

-      140 mEq/L
-      4,2 mEq/L
-      105 mEq/L
-      28 mEq/L
-      11 mg/dL
-      1,0 mg/dL

-         135 -  145mEq/L
-         3,5 - 5 mEq/L
-         95 -105 mEq/L
-         20-29 mEq/L
-         7-20 mg/dL
-         0-8 – 1,4mg/dL

Fungsi ginjal
normal
-       Gula darah
Kadar glukosa
HbA1C
-       120  mg/dL
-       6,2 %
-         <140 mg/dL
-         < 7%
Normal
-      Fungsi hati (LFT)
ALT (SGPT)
AST (SGOT)
GGT (penanda penyalahgunaan alkohol)
T.bilirubin
T.protein
Albumin
INR(tes koagulasi)

-      20 IU/L
-      18 IU/L
-      20 IU/L


-      0,5 mg/dL
-      7,5 g/dL
-       3,5 g/dL
-      1,0

-         < 23 IU/L
-         < 21 IU/L
-         6-37 IU/L


-         0,2-1,3mg/dL
-         7,2-8,0 g/L
-         3,5-5,0 g/dL
-         0,8-1,2



Normal
-       Darah
Hgb
Hct
RBC
Plt
Wbc

-      14 g/dL
-      43%
-      4,7 x 106/mm3
-      262 x 103/mm3
-      6,2 x 103/mm3

-         14-17,5 mg/dL
-         20-50% (P)
-         4-6 x 106/mm3
-         140-340 x 103/mm3
-         4,5-10 x l03 mm3

Normal
-       Kadar Lipid
TC            
LDL
HDL
TG

-        250 mg/dL
-        100 mg/dL
-        65 mg/dL
-        280 mg/dL

-         150-200 mg/dL
-         < 100 mg/dL
-         45-65 mg/dL (P)
-         120-190 mg/dL

Hiperkolestrolemia, Hipertrigliseridemia
-       Tekanan darah
-       120/80 mmHg
-       120/80 mmHg
 Normal

Berdasarkan hasil komunikasi yang singkat antara apoteker dengan pasien, maka hasil anamnese kefarmasian adalah pasien diduga menderita hiperkolestrolemia (kadar kolesterol total diatas batas normal) dan hipertrigliseridemia (kadar trigliserida [TG] diatas normal)
V.       PENILAIAN PENGOBATAN RASIONAL
a.      Tepat Indikasi
Ketepatan indikasi obat ditentukan berdasarkan ketepatan diagnosa dan keluhan pasien. Berdasarkan anamnese kefarmasian yang dilakukan dengan meninjau indikasi obat-obat dalam resep serta keluhan pasien yaitu pasien mengeluh mengalami kolesterol yang tinggi (Pasien berbadan gemuk/obesitas). Dalam resep tidak dicantumkan dosis Zumafib sehingga digunakan dosis yang paling kecil yang beredar dipasaran yaitu 100 mg. Umumnya pada dosis tersebut digunakan untuk pengobatan hipertrigliseridemia dengan dosis 100 mg per hari dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama (50 hari). Obat Hp Pro digunakan untuk melindungi fungsi hati dan mencegah kerusakan hati, karena hiperkolestrolemia dapat menyebabkan perlemakan hati (fatty liver). Selain itu, pasien Bader mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama (50 hari). Hp Pro disini hanya sebagai suplemen saja, maka dosis 1 kali sehari sudah cukup.

b.      Tepat Obat
Obat yang diresepkan dokter adalah:
1.      Zumafib yang diindikasikan untuk Hiperkolestrolemia dan Hipertrigliseridemia.
2.      HP Pro merupakan hepatoprotektor berfungsi sebagai suplemen untuk melindungi fungsi hati.

c.       Tepat Dosis
·      Zumafib
    Dosis oral : Hipertrigliseridemia : 45-135 mg perhari. Dosis maksimum 135 mg per hari.
                       Hiperkolestrolemia : 50-135 mg per hari. Dosis maksimum 135 mg per hari.
(Lacy, et al. 2009).
Dosis dalam resep tidak dicantumkan sehingga digunakan dosis yang paling kecil yang beredar dipasaran yaitu 100 mg.
ΓΌ   Sekali pakai : 100 mg
ΓΌ   Sehari pakai : 100 mg (sudah sesuai dengan rentang terapeutik).
     Administrasi : 6 – 8 minggu (Lacy, et al. 2009).
     Dalam resep, pasien menerima terapi selama 50 hari (Sudah sesuai dengan administrasi).
·      Hp Pro
     Suplemen hati : 1 kali sehari (Sudah tepat dosis).

d.      Tepat Pasien
Pasien merupakan pasien dewasa dan tanpa gangguan menelan sehingga pemberian kapsul telah sesuai dengan kondisi pasien.

e.      Waspada Efek Samping
Penggunaan Zumafib dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati yaitu perlemakan hati (fatty liver) dengan persentase kejadian 3-13% (Lacy, et al. 2009). Untuk itu, pemberian obat Hp Pro sebagai suplemen untuk melindungi fungsi hati dan mencegah kerusakan hati pasien sudah tepat.

Kesimpulan : Resep Rasional sehingga bisa diproses untuk penyiapan obat.

VI.          FARMAKOEKONOMI
Tabel 1. Perbandingan Harga Sediaan
Sediaan
Penawaran 1
Penawaran 2
Zumafib 50 kapsul
(Fenofibrat)
Rp    140.000,00 (Zumafib/Sandoz)
Rp 135.000,00 (Felosma/Bernofarm)
HP pro @Rp 4.000,00
Rp   120.000,00
Rp   120.000,00
Biaya Tambahan (Plastik Klip)
Rp       3.000,00
Rp       3.000,00
Jumlah
Rp   163.000,00
Rp   158.000,00

Pemberian Zumafib dan Hp Pro dinilai telah rasional dan memenuhi aspek farmakoekonomi, karena dokter telah meresepkan obat yang benar – benar dibutuhkan oleh pasien.

VII.          PENYERAHAN OBAT DAN PEMBERIAN KIE
1.      Pasien diserahkan obat berupa kapsul Zumafib sebanyak 50 kapsul, dan Hp Pro sebanyak 30 kapsul.
2.      Pasien diberikan informasi mengenai pemakaian obat Zumafib diminum 1 kali sehari pada pagi hari setelah makan, obat Hp Pro juga diminum 1 kali sehari pada pagi hari setelah makan.
3.      Pasien diberitahukan bahwa obat disimpan di tempat kering dan tidak terkena sinar matahari langsung pada suhu kamar (15-300C). Jika dimungkinkan obat dapat disimpan dalam kotak obat (dengan silika gel).
4.      Pasien disarankan untuk berolahraga dengan teratur.
5.      Pasien disarankan mengurangi konsumsi makanan berlemak dan makanan yang berkolesterol tinggi.
6.      Pasien disarankan beristirahat yang cukup.
7.      Pasien disarankan untuk cek laboratorium kembali, guna mengetahui kadar kolesterol pasien, 1 bulan setelah mengkonsumsi obat.
8.      Apabila keadaan pasien tidak membaik, disarankan segera kembali dokter.
 
VIII. DAFTAR PUSTAKA

AAFP. 2012. Algorithm for managing hyperlipidemia : hypertriglyceridemia. USA: American Academy of Family Physician (Cited 2012 March, 20) Available from: http://www.aafp.org/afp/2007/0501/afp20070501p1365-f1.gif
 Anonim. 2010. ISO Indonesia. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
 MenKes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Cited 2011 September, 22). Available from: URL:
 Lacy, C.F., Lara, L.A., Morton, P.G, Leonard, L.L. 2009. Drug Information Handbook 18th edition. United States of Amerika; Lexi-comp, Inc.






6 komentar:

  1. Makin sukses untuk websitenya, kami akan selalu mengikuti dan hadir sebagai sahabat yang baik. Terimakasih banyak, pak/bu

    BalasHapus
  2. Saya lebih memilih untuk menggunakan beberapa fitur dari blog anda yang dipasang pada di blog saya apakah Anda tidak keberatan. Tentu saja aku akan memberikan link di blog web Anda. Terima kasih telah berbagi.
    cara menyembuhkan eksim
    cara menyembuhkan bronkitis
    cara menghilangkan kurap kulit kepala

    BalasHapus
  3. The next time I read a blog, I hope that it doesnt disappoint me as much as this one. I mean, I know it was my choice to read, but I actually thought youd have something interesting to say.
    cara mengobati infeksi kulit

    BalasHapus
  4. Your idea is outstanding; the issue is something that not enough people are speaking intelligently about cara mengobati eksim basah di ketiak cara mengobati luka ginjal. I am very happy that I stumbled across this in my search for something relating to this cara mengobati anyang-anyangan and cara mengobati demam tifoid.

    BalasHapus
  5. I’m impressed, I must say. Really rarely do I encounter a blog that’s both educative and entertaining, and let me tell you, you have hit the nail on the head. Your idea is outstanding; the issue is something that not enough people are speaking intelligently about. I am very happy that I stumbled cara mengobati gagal ginjal selain cuci darah across this in my search for something relating to this.

    BalasHapus