PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
I.
DASAR HUKUM
1. UU
No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan
2. PP
103 th 2014 ttg Pelayanan Kesehatan Tradisional
3. Permenkes
No. 8 Th 2014 tentang Pelayanan Kesehatan SPA
4. Permenkes
RI No. 61 Th 2016 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
5. Permenkes
No. 37 th 2017 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi
6. Permenkes
No. 15 Th 2018 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
II.
ANALISIS SITUASI
Pelayanan Kesehatan tradisonal
merupakan bagian dari Pelayanan
Kesehatan secara menyeluruh dengan mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun-temurun secara empiris tetapi dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan
sesuai norma di masyarakat. Secara garis beras pelayanan kesehatan tradisional
terbagi menjadi 3, yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris, Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer, dan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi.
1. Pelayanan
Kesehatan Tradisional Empiris
No
|
SDM
|
Keilmuan
|
Pendidikan
|
Area upaya kesehatan
|
Pendaftaran & Perizinan
|
Tempat pelayanan
|
1.
|
Penyehat
Tradisional
|
Terbukti secara empiris, harus sesuai dengan pendekatan
biokultural
|
Informal
Non Formal
|
PROMOTIF & PREVENTIF
|
STPT
(terdaftar),
berlaku 2 tahun, dapat diperbaharui
|
Panti Sehat
|
2. Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer
NO
|
SDM
|
KEILMUAN
|
PENDIDIKAN
|
AREA UPAYA KESEHATAN
|
PENDAFTARAN
& PERIZINAN
|
TEMPAT PELAYANAN
|
2
|
Tenaga Kesehatan Tradisional
(NAKES TRAD)
|
Bioultural & biomedis, terbukti
secara ilmiah
|
Formal Perguruan Tinggi
(minimal D3)
|
PROMOTIF. PREVENTIF
KURATIF
REHABILITATIF
|
STRTKT &
SIPTKT
(sesuai
perizinan nakes)
|
Griya Sehat
|
3. Pelayanan
Kesehatan Tradisional Integrasi
NO
|
SDM
|
KEILMUAN
|
PENDIDIKAN
|
AREA UPAYA KESEHATAN
|
PENDAFTARAN
& PERIZINAN
|
TEMPAT PELAYANAN
|
3
|
Dilakukan secara bersama oleh nakes dan nakestrad
|
Kombinasi yankes konvensional dan yankestrad komple menter
|
Formal Perguruan Tinggi
(minimal D3)
|
PROMOTIF. PREVENTIF
KURATIF
REHABILITATIF
|
STR & SIP
|
Puskesmas & Rumah
Sakit
|
Pada
masa transisi ini dimana Nakestrad masih sangat sedikit jumlahnya, maka dapat
diberdayakan Nakes Plus, yaitu Nakes yang mendapatkan pelatihan/keterampilan
Kesehatan Tradisional, misalnya; Perawat terlatih Akupresur, Dokter terlatih
Akupunktur Medis. Masa transisi berlaku 5 tahun untuk selanjutnya di Griya
Sehat maupun di Rumah Sakit dan puskesmas, Pelayanan kesehatan Tradisional
dilakukan oleh nakestrad yang memperoleh pendidikan Profesi/S1 dan Vokasi/D3.
III.
ISU STRATEGIS
1. Jumlah
Penyehat Tradisional (Hattra) terdata berdasarkan metode ramuan sebanyak 1287
orang dan berdasarkan metode keterampilan (Manual, Terapi energy, Olah Pikir)
sebanyak 2533 orang.
2. Jumlah
Nakes Plus Keterampilan Tradisional:
a. Akupresur
sebanyak 134 orang
b. Asuhan
Mandiri sebanyak 87 orang
c. Akupunktur
Medis sebanyak 4 orang
d. Herbal
Medis sebanyak 2 orang
IV.
POTENSI
Potensi Pengembangan Pelayanan
Kesehatan di Bali sangat besar mengingat jumlah penyehat tradisional sangat
banyak, terdapat sentra-sentra Ilmu Kesehatan Tradisional Empiris, memiliki
kekayaan jenis tanaman berkhasiat obat. Tetapi, pengelolaan potensi tersebut belum
tertata dengan baik, karena tempatnya masih tersebar dan belum memiliki mapping yang baik.
Dengan masuknya pengetahuan
Pelayanan Kesehatan Tradisional di dalam Ilmu Kesehatan, seharusnya potensi
tersebut dapat dimanfaatkan dan dikembangkan. Nakes yang sudah terlatih
keterampilan Kesehatan Tradisional dapat menjadi mitra masyarakat secara umum
dan Penyehat Tradisional secara khusus untuk mengambil peran dalam upaya
promotif dan preventif.
Masuknya Pelayanan Kesehatan
Tradisional dalam Ilmu Kesehatan dapat dibuatkan tempat tersendiri sesuai
dengan SDM pelaksana. Penyehat Tradisional dapat melakukan pelayanan pada
masyarakat melalui Panti Sehat. Nakes Tradisional ataupun Nakes Terlatih
Kesehatan Tradisional dapat melakukan pelayanan kepada masyarakat melalui Griya
Sehat, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
Untuk potensi pengembangan
tanaman berkhasiat obat yang tersebar di beberapa wilayah di Bali dapat
dikembangkan melalui kerja sama dengan ahli tanaman, pakar tanaman berkhasiat
obat, profesional Farmasi dan Perguruan Tinggi. Salah satu Pilot Project
pengembangan tanaman berkhasiat obat ada di Desa tegak, Kab. Klungkung yang
merupakan hasil dari kerja sama antara Masyarakat, kelompok Tani, Puskesmas,
dan Universitas Udayana. Sentra seperti ini dapat dicontoh oleh daerah lain
sehingga pengembangan tanaman berkhasiat obat menjadi lebih terarah.